4 orang gadis
berambut panjang sedang berjalan di halaman sekolah. Ya, SMP Taruna
Bangsa. Mungkin bagi sebagian orang, SMP
tersebut memang terkesan sekolah favorit. Memang kenyataannya seperti itu.
Disha, Silvia, Dhira, dan Jihan adalah sapaan akrab mereka. Bisa dibilang
mereka berasal dari keluarga konglomerat. Namun sayang, salah satu diantara
mereka mengidap penyakit serius. Dianishya Alfarina Azzahra atau yang akrab
disapa Disha itu mengidap penyakit leukimia stadium 2. Tapi, dia masih bisa
sekolah seperti sahabat-sahabatnya yang lain.
Hari itu hari Selasa. Di kelas 9F
jam pertama adalah pelajaran IPA. Bu Rina merupakan guru IPA terfavorit di
sekolah tersebut. Begitu pula dengan 4 sekawan tadi. Mereka dengan semangat
menyambut guru mereka. “Selamat pagi, Bu.” , sapa Dhira dengan diikuti
teman-temannya. “Pagi Anak anak.” , jawab Bu Rina dengan senyumnya yang
merekah. Pagi itu mereka akan membahas tentang penyakit leukimia. Disha yang
awalnya hanya termenung, agak kaget mendengar kata kata Bu Rina tadi. Tapi, dia
berusaha menutupi sesuatu dari sahabat sahabatnya tersebut. Disha tidak ingin
sahabatnya tahu kalau dia sedang mengidap penyakit mematikan itu.
“Baiklah murid murid. Leukimia
adalah penyakit yang disebabkan karena produksi sel darah putih berlebih dan
tidak terkendali yang menyebabkan fungsi normal darah menjadi terganggu.” ,
jelas Bu Rina. Bu Rina menjelaskan dengan panjang lebar. “Biasanya penderita
leukimia mengalami mimisan, radang gusi, memar yang lebih mudah terjadi, berat
badan yang turun drastis,dan lain lain.” , sambung Bu Rina. Seketika itu Disha
seperti membayangkan semuanya. Terbesit ekspresi pilu di wajahnya. Namun
sahabatnya tidak tau jika ada raut aneh di wajah Disha. Mereka menganggap hal
itu biasa biasa saja. Tak terasa, bel berbunyi 2 kali tanda pelajaran telah
usai. Bu Rina mengucapkan salam perpisahan. “Sampai jumpa pada pertemuan yang
akan datang anak anak. Tetap rajin belajar dan jaga kesehatan.”, begitulah pesan
dari Bu Rina. Setelah jam IPA adalah jam olahraga. Ya, jam olahraga memang
pelajaran yang paling disukai anak laki laki di 9F.
Disha memang terlihat lemas dari
biasanya. Tapi, dia terkenal anak yang selalu semangat dalam kondisi apapun.
Hingga pada saat itu ada bola basket mengenai kepalanya, Disha tak sadar.
Ternyata, itu ulah Roni, anak kelas 9G. Tapi Roni tidak sengaja. Disha
merasakan kepalanya pusing, hingga hidungnya mengeluarkan darah. Setelah itu,
Disha sudah tak sadarkan diri.
Perlahan lahan, ia mulai membuka
mata. Dirinya merasa tidak asing lagi dengan tempat ini. Ya, benar! Ia berada
di Rumah Sakit. Dia dikelilingi oleh orang orang yang ia sayangi. Ada
Mama,Papa,Adik,dan tentunya Dhira,Silvia,serta Jihan. Akhirnya, ketiga
sahabatnya mengerti bahwa Disha mengidap penyakit serius. Apalagi, sudah naik
menjadi stadium 3. Itu tandanya, sudah berbahaya dan kemungkinan untuk bisa
bertahan hidup tinggal 30%. “Dish, kenapa kamu gak bilang ke kita kalau kamu
kena penyakit kayak gini? Kita khawatir sama kamu.” , ucap Jihan seraya
memegang tangan Disha. “Aku gak apa apa kok. Kalian tenang aja ya! Percaya deh
sama aku.” , jelas Disha.
Namun, Disha tidak patah
semangat. Ia terus berjuang untuk melawan penyakit yang mematikan ini. Dari
berbagai cara, mulai dari pengobatan alternatif hingga pengobatan di rumah
sakit asing semua telah dilakukannya. Sayangnya, usaha itu tidak membuahkan
hasil sedikitpun. Daya tahan tubuh Disha memang bisa dibilang cukup baik.
Sehingga ia bisa cepat sembuh. Namun tetap saja belum sembuh total.
Akhirnya,
Ia bisa kembali mengikuti pelajaran di sekolah seperti biasa. Roni, orang yang
terus merasa bersalah karena telah melempar bola basket dan dengan tidak sengaja
mengenai kepala Disha. Roni masuk ke kelas Disha dan berkata “Disha, maafin aku
ya! Gara gara aku, kamu jadi sakit kayak gini. Aku sama sekali gak bermaksud
buat nyakitin kamu. Sekali lagi aku minta maaf.” , sambil memegang tangan Disha
pertanda ia sungguh sungguh untuk minta maaf. Disha pun menjawab sambil menatap
wajah Roni lekat lekat, “Roni, kamu gak salah. Aku yang salah. Aku yang kurang
hati hati. Sampai bisa kena bola basket itu. Udahlah aku gak apa apa kok.”
Begitu seterusnya jawaban dari Disha. Ia tak mau merepotkan orang orang yang ia
sayang.
Sementara itu, ketiga sahabat
Disha sampai di ruangan kelas. Mereka berkata “Disha.. kamu udah masuk sekolah?
Kamu udah baikan?? Kamu udah sembuh?” . “Iya, aku udah gak apa apa kok. Aku
udah sehat. Udah gak usah khawatir gitu donk.” , ucap Disha meyakinkan mereka.
Tanpa
sepengetahuan Disha, ketiga sahabatnya itu telah mengerti bahwa leukimia yang
diderita Disha telah sampai stadium 3. Kasihan, itu yang mereka rasakan. Tapi,
Disha seperti tak patah semangat. Kemauannya untuk sembuh membuat sahabatnya
bangga.
Hingga
pada suatu hari, tepatnya tanggal 29 Oktober 2013 Disha genap berusia 14 tahun.
Banyak kado yang dikirim untuknya. Tak terkecuali Dhira,Silvia, dan Jihan.
Orang tua Disha memberi kue ulang tahun yang bermotif Doraemon serta boneka
Doraemon yang sudah lama diinginkannya. Disha memang penggemar Doraemon sejak
kecil. Sementara itu, Dhira memberi kaos bertuliskan “You n Me Forever”. Silvia
memberi jam tangan yang konon harganya bisa mencapai puluhan juta. Jam itu
bermotif Doraemon berwarna biru berhias berlian berwarna putih. Jihan memberi
komik Doraemon. Memang di hari ulang tahunnya itu semua bernuansa Doraemon. Tak
ketinggalan pula Roni, orang yang telah membuat Disha tak sadarkan diri hingga
Disha sampai masuk rumah sakit. Ia memberi kue black forrest yang amat disukai
Disha. Disha heran. Sejak kapan Roni tahu apa jenis kue kesukaannya. 29 Oktober
2013 itu adalah hari yang sangat menyenangkan bagi Disha. Terlebih dia sedang
sakit parah seperti ini. Disha sangat bersyukur, karena dirinya masih diberi anugerah
yang luar biasa dari Tuhan.
Keesokan
harinya, Disha masuk sekolah seperti biasa. Tak ada yang berubah dari Disha.
Dari raut wajahnya dia tetap terlihat bahagia. Bersama ketiga sahabatnya, Ia
melakukan rutinitas seperti biasanya.
Beberapa
bulan kemudian, tepatnya tanggal 3 Januari, Roni berulang tahun yang ke 15
tahun. Pagi itu di kelas, sewaktu Disha asyik dengan ketiga sahabatnya, Roni
datang dan berkata “Dish, kamu nanti sore ada acara gak?” “Enggak kok Ron,
emang ada apa?” , tanya Disha penasaran. “Disha mau diajak kemana?” , tanya
Silvia. Roni berkata sambil mengedipkan mata tanda kode untuk Silvia, Jihan,
dan Dhira , “Nanti sore, datang ya ke rumahku. Aku hari ini mau mengadakan
acara ulang tahun.” “Oh..iyaa.. Kamu ulangtahun ya? Happy Birthday, Roni.” ,
ucap Disha dengan senyumannya. “Oke..Makasih Disha. Nanti sore aku tunggu jam 4
ya. Sampai bertemu nanti” , ucap Roni seraya melambaikan tangan.
Singkat
cerita. Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Murid murid berhamburan keluar
gerbang. Disha pamit kepada ketiga sahabatnya, dan mereka mengadakan janjian
untuk pergi bersama menuju rumah Roni nanti sore.
Waktu
menunjukkan pukul 15.00. Disha bergegas mandi. Namun setelah mandi, Ia nampak
sedikit lesu. Dia merasakan pusing yang tidak seperti biasanya. Mama Disha berkata,
“Sayang. Kamu gak apa apa kan? Kamu pusing yaa?” “Enggak kok, Ma. Disha baik
baik aja.”, ucap Disha meyakinkan sang Mama. Ia tak mau meninggalkan acara
pesta ulangtahun Roni hanya karena kesehatannya. Ia tak mau mengecewakan Roni.
Disha langsung berganti pakaian. Tak lama kemudian, Handphone Disha berdering.
Ternyata itu dari Dhira, langsung buru buru ia angkat. “Halo Dhira. Ada apa?”
“kamu udah siap belum? Ini aku udah mau sampai rumah kamu..buruan yaa..Bye” ,
jawab Dhira.
Setelah
semua beres, Dhisa keluar kamar dan menemui mamanya untuk izin pergi ke acara
pesta ulang tahun Roni. “Ma, Disha pergi dulu ya. Mau ke acara ultahnya Roni.
Aku perginya sama Jihan,Silvia, dan Dhira.” “iya Disha,,hati hati ya..” , jawab
sang Mama.
Terdengar
bunyi klakson di depan rumah Disha. Ia yakin bahwa itu adalah sahabatnya.
Langsung ia keluar rumah dan naik ke dalam mobil. Disha merasakan pusingnya
sudah semakin bertambah parah. Tapi, ia tetap memaksa untuk datang ke acara
Roni. 15 menit kemudian, mereka sampai di rumah Roni. Sudah lumayan ramai
memang. Mereka langsung masuk. Kedatangan mereka disambut oleh Roni, sang tuan
rumah. “Selamat datang..” , ucap Roni ramah. Disha langsung memberikan sekotak
jam tangan berwarna hitam kepada Roni sambil berkata “Ron. Happy Birthday, ya.
Tambah yang baik baik aja. Sukses ya buat kedepannya.” “Makasih ya Dish, kamu
udah mau dateng ,, aku udah seneng kok.” , jawab Roni.
Sejak
itu, kepala Disha sudah mulai sakit. Tapi, Disha tetap menahannya. Alangkah
terkejutnya Disha, saat melihat Roni yang tiba tiba pingsan. Samar samar, ia
mendengar orang orang berkata “Hei..Roni pingsan. Cepat bawa ke rumah sakit.
Mungkin kanker hatinya kambuh.” . Disha semakin tak mengerti apa yang dikatakan
orang orang itu. Tiba tiba saja, Disha langsung ikut pingsan.
Sesampainya
di ruang perawatan, Disha mulai tersadar. “Dimana aku?”, tanya Disha. Kemudian,
Dhira menjawab, “kamu di rumah sakit, Dish”. Percaya tidak percaya, kondisi
Disha semakin kritis. Semua orang yang menemani Disha ikut panik dan khawatir.
Disha tiba tiba berkata, “Mama..Papa.. Penyakit Disha sudah semakin parah.
Mungkin sebentar lagi Disha udah gak ada di sisi kalian. Maka dari itu, Disha
mau minta maaf sama Mama sama Papa. Selama ini, Disha udah sering ngrepotin
kalian. Udah bikin jengkel. Maaf sekali lagi. Dan jika Disha udah gak ada lagi,
ada 1 permintaan. Tolong donorkan hati Disha buat Roni. Kasihan dia sekarang
kena kanker hati. Disha mohon, Maa..Pa..Disha ingin Roni sembuh kembali.” Mama
Disha menjawab, “Disha, kamu gak boleh bicara seperti itu. Kamu pasti
sembuh,Nak. Percaya sama Mama. “. “Rasanya gak mungkin, Ma. Makasih ya
Sil,Han,Dhir atas semua pengorbanan kalian selama ini. Makasih atas
perhatiannya ke aku. Maaf udah ngrepotin kalian. Makasih buat kalian yang udah
support aku. Yang selalu meyakinkan aku, bahwa kalian gak akan ninggalin aku. Makasih
buat segalanya. You’re my everything. Maaf aku gak bisa membalas semua kebaikan
kalian.” Dengan isak tangis, mereka menjawab, “Kamu gak perlu bilang gitu Dish,
kamu udah kita anggep bagian dari keluarga kita.” Namun, takdir berkata lain,
setelah Disha mengucapkan kata kata tersebut, matanya kemudian tertutup. Mereka
langsung memanggil dokter. Setelah diperiksa, dokter itu berkata “Maaf, kami
sudah berupaya semaksimal mungkin. Namun yang namanya takdir itu, hanya Tuhan
yang bisa berkehendak. Nyawa Disha sudah tidak bisa tertolong. Sekali lagi maafkan
kami.”
Tak
lama kemudian, suara tangisan di ruangan itu pecah. Ayah Disha langsung
mengurus administrasi rumah sakit terkait biaya perawatan anaknya. Kemudian,
seperti pesan Disha sebelumnya yaitu ingin mendonorkan hatinya untuk Roni ,
nampaknya akan segera direalisasikan. Pihak rumah sakit telah menyetujui hal
tersebut. Tak menunggu lama, pendonoran hati itu sudah berlangsung. Proses itu
sudah berhasil.
Setelah
Roni sembuh, akhirnya Ia mendengar pula kabar kematian Disha. Dan Roni akhirnya
juga tahu bahwa yang mendonorkan hati untuknya adalah Disha. Roni sangat
menyesal kala itu. Dengan diantar oleh orang tuanya, Roni berziarah ke makam
Disha. Sesampainya di makam, Roni mendoakan agar Disha ditempatkan di tempat
terbaik di sisi Allah SWT. “Disha.. Semoga kamu tenang di alam sana.
Tersenyumlah dengan bahagia.” , ucap Roni lirih.
Saya punya rekomendasi untuk menyembuhkan leukimia, coba konsultasi dan rutin minum obat resep dari dr eliza... Konon kata kawan saya ada teman ny yg sakit leukimia dan sembuh semenjak rutin konsumsi obat resep dari dr eliza... Ni saya cantumkan no beliau yg saya dapet dari beliau insya allah bisa membantu untuk mencari kesembuhan dari leukimia amin.... Dr eliza 082269614664
BalasHapus